Kopi, Ternyata Ada Jenis dan Tingkatannya , Lho..

Guys, pernahkan anda asyik hangout sepulang kerja bersama-sama teman di di salah satu  kedai kopi yang mulai menjamur saat ini? 😊


(JASMINE Foodnews)  Tahukah guys,    saat ini , perkembangan industri kopi di seluruh dunia memang  tidak terlepas dari peran coffee society seperti anda guys . Kemungkinan terciptanya ekosistem penikmat kopi yang terus terjaga punya peran sangat penting  dalam  memberikan ruang pada kopi untuk terus tetap menjadi komoditas yang istimewa.

Evolusi tren bertahap dari mulai first wave, second wave hingga kini di tahap third wave yang mana kopi perlu penanganan serius dari awal kopi masih menjadi tanaman hingga kopi menjadi sajian minuman yang penuh nikmat.

Terkait penanganan kopi, dikutip dari majalah ottencoffe.co.id , salah satu faktor penting adalah bagaimana
menentukan grade coffee dan mengklasifikasikan green beans agar kopi tergolong pada kualitas yang baik. Tujuan dari grade coffee  dan pengklasifikasian green beans juga mengacu agar terciptanya kriteria kualitas kopi yang menyeluruh dan pastinya memudahkan untuk menetapkan harga secara adil.

Namun, perlu diketahui bahwa sistematis penilaian grade coffee dan cara mengklasifikasikan green beans memiliki perbedaan di tiap negara, tidak akan sama secara universal mengingat tiap negara memiliki kultural yang berbeda.

Kultur sangat mempengaruhi perkembangan kopi di masing-masing negara, pengolahan biji kopi tiap daerah pastinya berkembang dari kultur sekitaran kebun kopi. Sebabnya, tiap negara produsen kopi mengembangkan klasifikasi green beans dan grafik grade coffee sendiri, yang bahkan seringkali juga digunakan untuk menjadi penetapan standar minimum ekspor.

Penentuan grade dan sistematisasi klasifikasi green bean dilihat dari beberapa hal, keseluruhan atau bisa juga sebagian hal, tergantung prosedur standar yang diterapkan di masing negara, seperti misalnya :

1/. Altitude

2/. Region

3/. Varietas

4/. Pengolahan Biji Kopi

5/. Ukuran Biji Kopi

6/. Bentuk Biji dan Warna

7/. Jumlah Biji Kopi Yang Cacat

8/. Cacat Biji Kopi Yang Ditoleransi

9/. Densitas Biji Kopi

10/. Kualitas Cupping

Dari prosedur standard yang banyak dan rumit di atas, dan juga karena beberapa pertimbangan , tidak semua prosedur bisa diterapkan. Ini tentunya tergantung pada proses tiap negara.

Bahkan ada beberapa sistem penilaian grade dan klasifikasi green bean  yang kemudian berkembang untuk memenuhi persyaratan kualitas pembeli green bean. Jika ditemukan bahwa kecacatan green bean mempengaruhi tingkat risiko kontaminasi, maka sistem penilaian tersebut akan akan menyelaraskan kecacatan tersebut.

Metode tiap negara berbeda dalam menentukan grade dan klasifikasi green bean. Dikutip dari International Coffee Organization, sebagai contoh green beans robusta dari Indonesia memiiki metode khusus dalam penentuan gradenya

Klasifikasi Dari Kecacatan Green Bean

Grade 1       :Defects maximum 11
Grade 2      :Total defects antara 12 and 25
Grade 3      :Total defects antara 26 and 44
Grade 4a    :Total defects antara 45 to 60
Grade 4b    :Total defects antara 61 to 80
Grade 5      :Total defects antara 81 to 150
Grade 6      :Total defects antara 151 to 225

Bagaimana menentukan nilai cacat sehingga diperoleh angka 11, 12 atau 26 dan seterusnya? Angka itu didasarkan kepada bobot cacat yang ditemukan dalam 300 gram sampel green bean. 

Penentuan grade dan klasifikasi biasanya diterapkan untuk menghitung green bean dalam jumlah pembelian yang banyak. Dan tiap negara tidak bisa menggeneralkan metode terapan masing-masing, ataupun memaksakan terapan standarisasinya ke lain negara.

(Original source: ico.org supremo.be)

Cara Menentukan Grade Kopi di Indonesia 

Dalam universe kopi, mutu sangat berpengaruh terhadap nilai atau harga jual komoditi kopi.  Untuk memenuhi permintaan konsumen, biasanya para pedagang kop memperkerjakan sejumlah orang sebagai tenaga sortir. Dengan demikian, nilai tambah harga jual kopi (green bean) akan diperoleh oleh para pedagang bukan oleh petani.

Dkkutip dari coffeland.co.id ,Standar Mutu Biji Kopi sudah digalakkan Sejak tahun 1978 melalui SK Menteri Perdagangan No. 108/Kp/VII/78 Tanggal 1 JUli 1978. Standar mutu biji kopi yang digunakan adalah sistem triase.

Namun demikian, sejak tanggal 1 Oktober 1983 sampai saat ini, untuk menetapkan mutu kopi, Indonesia menggunakan sistem nilai cacat (Defects Value System) sesuai keputusan ICO (International Coffe Organization).

Dalam system cacat ini, semakin banyak nilai cacatnya, maka mutu kopi akan semakin rendah dan sebaliknya semakain kecil nilai cacatnya maka mutu kopi semakin baik.

Pada awal tahun 2002, Dewan ICO (International Coffee Organization) mengadakan sidang yang menghasilkan Resolusi No. 407 yang berisi Program Perbaikan Mutu Kopi yang mulai efektif diberlakukan per 1 Oktober 2002.

Standar minimum dalam Resolusi 407 adalah:

Kopi Arabika : nilai cacat maks 86 per 300 gr sample menurut standar mutu Brazil/New York

Kopi Robusta : nilai cacat maks 150 per 300 gr sample menurut standar mutu Indonesia/ Vietnam

Kandungan Kadar Air biji Kopi: maks 12,5 % berdasarkan metode ISO 6673

Standar Mutu Biji Kopi dibedakan berdasarkan hal hal sebagai berikut :

I. Jenis Mutu

II. Syarat Mutu

Iii.. Cara Pengambilan Contoh (Sample)

I. Jenis Mutu

Penentuan jenis mutu biji kopi dibedakan berdasarkan :

Berdasarkan jenis kopinya :

1. Kopi Arabika

2. Kopi Robusta

3. Kopi jenis lainnya

Berdasarkan Nilai Cacat (value defect) :

Klasifikasi mutu :

Mutu (Grade) 1 : Total Nilai Cacat max 11

Mutu (Grade) 2 : Total Nilai Cacat 12-25

Mutu (Grade) 3 : Total Nilai Cacat 26 -44

Mutu (Grade) 4a : Total Nilai Cacat 45 -60

Mutu (Grade) 4b : Total Nilai Cacat 61-80

Mutu (Grade) 5 : Total Nilai Cacat 81-150

Mutu (Grade) 6 : Total Nilai Cacat 151-225

Kriteria Penentuan Nilai Cacat :

- 1 Biji Hitam (Black beans) : Nilai Cacat = 1

- 2 Biji Hitam sebagian (Partly Black beans) : Nilai Cacat = 1

- 2 Biji Hitam pecah (Broken Black beans) : Nilai Cacat = 1

- 1 Husk kopi(Husk Coffe) : Nilai Cacat = 1

- 4 biji coklat (brown beans) : Nilai Cacat = 1

÷ 1 Husk ukuran besar (large husk framents) : Nilai Cacat = 1

- 2 Husk ukuran sedang (medium husk framents) : Nilai Cacat = 1

- 5 Husk ukuran kecil (small husk framents) : Nilai Cacat = 1

- 10 biji berkulit ari (beans in silver skin) : Robusta/WP : Nilai Cacat = 1

- 2 biji berkulit tanduk (beans in parchments) : NIlai Cacat = 1

- 2 kulit tanduk ukuran besar (large parchment fragmt) : NIlai Cacat = 1

- 5 kulit tandung ukuran sedang : Nilai Cacat = 1

- 10 kulit tanduk ukuran kecil : NIlai Cacat = 1

- 5 biji pecah (broken beans) : Nilai Cacat = 1

- 5 biji muda (immature beans) : Nilai Cacat = 1

- 10 biji berlubang satu (beans with one hole) : Nilai Cacat = 1

- 5 biji berlubang lebih dari Saturday : NIlai Cacat = 1

- 10 biji bertutul-tutul (spotted beans) : WP : Nilai Cacat = 1

- 1 ranting, tanah, batu ukuran besar : NIlai Cacat = 5

- 1 ranting, tanah,batu ukuran sedang : Nilai Cacat = 2

- 1 ranting, tanah, batu ukuran kecil : Nilai Cacat = 1

II.  Syarat Mutu

Berdasarkan cara pengolahannya, bisa dibedakan antara :

A. Pengolahan Basah (Dry Process- DP)

1. Kadar air kopi maksimum ± 13 % (bobot/bobot)

2. Kadar kotoran berupa ranting, batu, gumpalan tanah dan benda-2 asing lainnya, maksimum 0,5 % (bobot/bobot)

3. Bebas dari serangga hidup

4. Bebas dari biji berbau busuk, berbau kapang dan bulukan

5. Biji tidak lolos ayakan 3×3 mm (8 mesh) dengan maksimum lolos 1 % (bobot/bobot)

6. Untuk bisa disebut biji berukuran besar, harus memenuhi persyaratan tidak lolos ayakan ukuran 5,6×5,6 mm (3,5 mesh) dgn maksimum lolos 1 % (bobot/bobot)

B. Pengolahan Kering (Wet Process-WP)

1. Kadar air maksimum ± 12 % (bobot/bobot)

2. Kadar kotoran berupa ranting, batu, gumpalan tanah dan benda-2 asing lainnya, maksimum 0,5 % (bobot/bobot)

3. Bebas dari serangga hidup

4. Bebas dari biji berbau busuk, berbau kapang dan bulukan

Untuk ukuran biji kopi pada jenis robusta bisa dibedakan antara lain :

1. Biji Ukuran Besar (L) : Tidak lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 7,5 mm, dengan maksimum lolos 2,5 % (bobot/bobot)

2. Biji Ukuran Sedang (M) : Tidak lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 7,5 mm, tetapi tidak lolos lubang bulat ukuran diameter 6,5 mm dengan maksimum lolos 2,5 % (bobot/bobot)

3. Biji Ukuran Kecil (S) : Lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 7,5 mm, tetapi tidak lolos lubang bulat ukuran diameter 5,5 mm dengan maksimum lolos 2,5 % (bobot/bobot)

Catatan : Untuk jenis kopi robusta, ukuran biji tidak dipersyaratkan.

III. Cara Pengambilan Sampel

1. Sample (contoh) diambil secara acak, sebanyak akar pangkat 2 dari jumlah karung

2. Dari tiap karung terpilih, diambil secara acak pada bagian bawah, tengah dan atas sehingga diperoleh biji kopi sebanyak 10 kg

3. Contoh diaduk secara merata, kemudian diambil sub sample sebanyak 200 – 300 gr

Dari contoh ini kemudian ditentukan jenis mutunya

Indonesia memiliki biji kopi dengan grade 4 dengan total defect 60, selain cupping, dikutip dari supremo.be Indonesia menerapkan 4 standar pada pengklasifikasian green bean, berdasarkan defect, wilayah, ukuran biji kopi dan pengolahan biji kopi.

=====

Anda masih di Jasmine Cake & Cuisine, Restaurant Online di Indonesia✋😊

Untuk info & pemesanan Cake & Cuisinenya , telp/WA 08128637867 (Tia), 08128697750 (Wildan)

Simak daftar menunya di  ig kita , klappiecakes_ :

https://www.instagram.com/p/B928rViD5cH/?igshid=1egvipau04tjz

 ======

Jasmine Foodnews dibuat sebagai bentuk kepedulian kita terhadap kuliner di Indonesia terutama yang tradisional dan sudah jarang ditemukan orang. Juga hal-hal yang terkait dengan seputar dunia kuliner








Comments